Jumat, 24 April 2009

kelinci

Potensi Ternak Kelinci Sebagai Ternak Penghasil Daging Dan Pemenuhan Gizi Masyarakat Indonesia


Oleh: Marhadi



Kelinci merupakan salah satu jawaban terhadap pemenuhan gizi yang berasal dari hewani selain jenis ternak penghasil daging lainnya bagi masyarakat indonesia yang sampai saat ini konsumsi daging setiap masyarakat masih dibawah rata-rata standar konsumsi daging nasional, selain itu kelinci juga menjadi jawaban terhadap persoalan pemerintah mengenai pemenuhan permintaan daging didalam negeri, sehingga sudah sepatutnyalah kelinci menjadi harapan kedepan bagi pemerintah indonesia, dengan demikian juga import daging indonesia dapat ditekan yang efek positifnya nanti adalah mengurangi terhadap devisa negara, serta mengurangi ancaman peternak indonesia terhadap sumber penyakit yang berasal dari luar, seperti PMK dan antrax

Daging kelinci memiliki keunggulan yakni rendahnya kadar lemak dan kolesterol, serta kandungan lemak jenuh yang merupakan lemak esensial dalam daging kelinci memberi peluang untuk dapat dikonsumsi oleh penggemar daging tanpa takut akan penyakit penyakit yang berhubungan dengan lemak atau cholesterol tinggi. Selain itu daging kelinci dapat dikonsumsi untuk asupan kalsium karena dapat menghasilkan daging dengan kadar kalsium lebih ditingkatkan, maka promosi budidaya kelinci perlu digalakkan kembali tidak saja di tingkat peternak kecil namun juga pada skala industri.

Kelinci merupakan salah satu komoditas peternakan yang potensial sebagai penyedia daging, karena pertumbuhan dan reproduksinya yang cepat. Satu siklus reproduksi seekor kelinci dapat memberikan 8– 10 ekor anak dan pada umur 8 minggu, bobot badannya dapat mencapai 2 kg atau lebih. Secara teoritis, seekor induk kelinci dengan berat 3-4 kg dapat menghasilkan 80 kg karkas per tahun (FARREL dan RAHARJO, 1984). Berdasarkan bobotnya, kelinci ternakan pada umur dewasa dibedakan atas tiga tipe, yaitu kecil (small and dwarf breeds), sedang atau medium ( medium breeds), dan berat ( giant breed). Kelinci tipe kecil berbobot antara 0,9-2,0kg, tipe sedang berbobot 2,0-4,0kg, dan tipe berat berbobot 5-8kg ( Sarwono, 2004).

Dilihat dari komposisi kimianya, daging kelinci mempunyai kualitas yang baik. Kadar protein daging kelinci cukup tinggi yaitu 20% dan setara dengan daging ayam (SHAVER yang disitasi oleh FARREL dan RAHARJO, 1984), bahkan proteinnya bisa mencapai 25% (ENSMINGER et al., 1990), sedangkan kadar lemak, kolesterol dan energinya rendah dibandingkan daging dari ternak lain (DIWYANTO et al., 1985). OUHAYOUN (1998) menyatakan bahwa daging kelinci mempunyai kadar kolesterol yang rendah yaitu 50 mg/100 g dan lemak kelinci relatif kaya asam lemak esensial. Melalui manipulasi pakan, daging kelinci dapat ditingkatkan kualitasnya. Peningkatan 50% kadar lisin dari ransum kontrol, mampu menurunkan kadar kolesterol daging sebesar 8% (LESTARI et al., 2004), sedangkan penambahan sebesar 20% lisin dari ransum kontrol dapat meningkatkan kadar kalsium daging sampai sekitar 27% (WAHYUNI et al., 2005).


Pustaka:

Dwiyanto K., R. Sunarlin dan P. Sitorus. 1985. Pengaruh Persilangan terhadap Karkas dan Preferensi Daging Kelinci Panggang. J. Ilmu dan Peternakan 1(10): 427-430

Ensminger, M.E., J.E. Oldfield dan W. Heinemann. 1990. Feed Nutrition. 2nd Ed, The Ensminger Publishing Co., Clovis.

Farrel, D. J. dan Y.C. Raharjo. 1984. Potensi ternak Kelinci sebagai Penghasil Daging. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor

Lestari, C.M.S., E. Purbowati dan T. Santosa. 2004. Budidaya Kelinci Menggunakan Pakan Limbah Industri Pertanian sebagai Salah Satu Alternatif Pemberdayaan Petani Miskin. Pros. Seminar Nasional Pemberdayaan Petani Miskin Melalui Inovasi Teknologi Tepat Guna. Kersajama antara BPTP, UNRAM, BPM dan Bappeda NTB.

Ouhayoun, J. 1998. Influence of the diet on rabbit meat quality. Dalam: DE BLASS, C. dan J. WISEMAN (Ed). The Nutrition of the Rabbit. CABI Publishing New York. hlm. 177-195.

Sarwono, B. 2004. Kelinci Potong dan Hias. Cetakan ke-4. Penerbit Agro Media Pustaka, Jakarta.

Wahyuni, H.I., C.M. Sri Lestari, L. Susandari dan T.Z. Nasikhah. 2005. Pemberian Berbagai Aras Lisin Dalam Ransum Terhadap Profil Daging Kelinci. Disajikan pada Seminar Nasional Assosiasi Ahli Ilmu Nutrisi Indonesia (AINI) V, Malang, 10 Agustus 2005. (Inpress)



Potensi Azolla (Azolla Pinnata) sebagai Pakan Berbasis Lokal


Oleh: Marhadi



Kebutuhan para peternak akan pemenuhan pakan ternak membuat pemerintah berupaya melakukan impor bahan pakan diantaranya jagung, kedelai, tepung ikan dan lain sebagainya sehingga lambat laun harganya semakin mahal dan para peternak tidak bisa menutupi output yang semakin besar yang akan dikeluarkan.hal itu tercermin pada saat terjadi resesi ekonomi pada tahun 1997 dimana banyaknya jumlah para peternak yang tidak bisa meneruskan usaha peternakannya dan terpaksa harus menutupi usahanya tersebut akibat melonjaknya harga pakan import.

Sebagai alternatif yang bisa memecahkan persoalan mengenai pakan, kita didorong untuk berpikir kreatif dan berusaha menggali, serta mendayagunakan segala potensi yang ada guna memecahkan persoalan tersebut diantaranya dengan memanfaatkan potensi pakan lokal sebagi pakan ternak, pakan lokal tersebut tentu saja harus memenuhi kriteria baik ditinjau dari aspek nutrisi, ekonomi, sosial budaya, dan haruslah pula memperhatikan tingkat keberlanjutannya sehingga dapat menjadi sumber bahan pakan yang terus tersedia, murah, mudah didapatkan, tidak menimbulkan polusi, dan masih sesuai dengan budaya masyarakat, sehingga nantinya mudah untuk diterima dikalangan masyarakat tersebut.

Pakan lokal adalah sumber bahan pakan yang keberadaannya berada diIndonesia dan berada disekitar masyarakat peternak yang jumlahnya sumber bahan pakan tersebut bisa memenuhi sebagai sumber bahan pakan. Sumbar bahan pakan lokal tersebut salah satu diantaranya adalah Tanaman Azzolla yang keberadaannya sering dijumpai dimasyarakat, terutama terdapat pada tanaman padi sawah, tanaman ini dapat digunakan sebagai pupuk hijau (PUJO), pakan ternak seperti Pseudoruminansia( Kelinci, kuda dll), ternak ruminansia(Kambing, sapi, domba, dll), ternak non ruminansia (ayam, bebek, itik, angsa dll) monogastrik (babi) dan dapat pula dimanfaatkan sebagi pakan ikan(lele, patin, nila, bawal dll).

Azolla adalah jenis tumbuhan paku air yang mengapung banyak terdapat di perairan yang tergenang terutama di sawah-sawah dan di kolam, mempunyai permukaan daun yang lunak mudah berkembang dengan cepat dan hidup bersimbosis dengan Anabaena azollae yang dapat memfiksasi Nitrogen (N2) dari udara. Azolla pinnata merupakan tumbuhan kecil yang mengapung di air, terlihat berbentuk segitiga atau segiempat. Azolla berukuran 2-4 cm x 1 cm, dengan cabang, akar rhizoma dan daun terapung. Akar soliter, menggantung di air, berbulu, panjang 1-5 cm, dengan membentuk kelompok 3-6 rambut akar. Daun kecil, membentuk 2 barisan, menyirap bervariasi, duduk melekat, cuping dengan cuping dorsal berpegang di atas permukaan air dan cuping ventral mengapung. DiIndonesia Azolla dikenal dengan nama Mata lele, sedangkan nama lokal azolla adalah mata lele (Jawa), kayu apu dadak, kakarewoan (Sunda) keberadaannya secara alami memang melimpah, namun tidak mendapat perhatian yang baik.

Tanaman azolla tersebar luas di daerah persawahan padi, tumbuh pada permukaan air, cepat dapat menutup permukaan air, namun tidak mengganggu pertumbuhan padi. Azolla tumbuh cepat, produksinya tinggi dan tersedia sepanjang tahun sehingga potensial sebagai bahan pakan kelinci, yang dapat diberikan segar maupun dalam bentuk kering. Berdasarkan hasil penelitian SASKIARDI (1986), azolla dapat digunakan sebagai pengganti kacang hijau dalam ransum kelinci Lokal sampai sebanyak 10%, tanpa mempengaruhi bobot badan, maupun persentase karkasnya. Pertambahan bobot hidup harian yang diperoleh dari penggantian kacang hijau dengan azolla sebanyak 2,5; 5; 7,5 dan 10% berturut-turut 11,64; 9,29; 8,71 dan 6,85 g dengan persentase karkas sebesar 49,69; 52,28; 54,07 dan 50,69%. Penelitian lain menggunakan Azolla microphylla yang dibuat konsentrat protein daun (KPD) sebagai sumber lisin alami untuk kelinci telah dilakukan oleh LESTARI, et al. (1997).

Azolla sangat kaya akan protein, asam amino penting, vitamins ( vitamin A, Vitamin B12 Dan Beta- Carotene), perantara Penyelenggara Pertumbuhan Dan Mineral seperti kalsium, fosfor, kalium, besi, tembaga, magnesium dan lain lain. Pada keadaan kering mengandung 25- 35 persen protein, 10- 15 persen mineral dan 7- 10 persen asam amino, unsur bio-active dan bio-polymers, Karbohidrat dan kadungan lemak azolla sangat rendah. Komposisi Bahan gizinya membuat azolla sebagai bahan pakan yang efektif dan efisien untuk ternak, ternak dengan mudah mencerna azolla, oleh karena berhubungan dengan kandungan proteinnya yang tinggi dan kandungan lignin yang rendah, dan pertumbuhan ternak lebih cepat, selain itu adalah mudah dan ekonomi untuk dikembangbiakkan (P. Kamalasanana Pillai, et al. 2002). Protein kasar yang ditemukan oleh Sreemannaryana et Al. ( 1993) dan Subudhi Dan Singh ( 1977); Fujiwara et Al. ( 1947). Singh ( 1977) melaporkan bahwa protein kasar pada Azolla berubah-ubah dari 25-37.36 persen.

Kandungan estrak eter Azolla adalah 3.47 persen. Meskipun demikian komposisi dapat berubah-ubah, tetapi hasil serupa telah dilaporkan oleh Subudhi& Singh ( 1977) dan Sreemannaryana et Al. ( 1993). Tetapi variasi pada nilai ekstrak eter telah dilaporkan oleh Ali Dan Lesson ( 1995) dan Querubin et Al. (1986B). Mereka menemukan 1.58 dan 2.63 persen ekstrtak eter. Pada sisi lain, Buckingham et Al. ( 1978) dan Fujiwara et Al. ( 1947) melaporkan bahwa kandungan ekstrak eter pada azolla adalah 5.1 dan 4.4 persen. Tingkatan Serat kasar tepung Azolla adalah 15.71 persen. Hasil tersebut serupa dengan pengamatan Querubin et Al. ( 1986B) mengenai Azolla Pinnata.

Dari berbagai penelitian tersebut sudah semakin nyata bahwasanya azolla memiliki potensi untuk dimanfaatkan dan dikembangkan diindonesia sebagai sumber bahan pakan apabila dilihat dari kandungan nutriennya, kemampuan berkembang biaknya dan kegunaannya sebagai bahan pakan dapat meningkatkan bobot potong kelinci, dengan demikian pula dibutuhkan penelitian lebih lanjut terhadap pemanfaatan azolla sebagai pakan ternak, misalnya campuran ransum ayam, babi, sapi domba atau kambing.


Pustaka:

Ali, M.A. and S. Leeson, 1995. The nutritive value of some indigenous Asian poultry feed ingredients. Anim. Feed Sci. and Tech., 55:227-237.

Fujiwara, A., I. Tsuboi and F. Yoshida, 1947. Fixation of free Nitrogen in non-leguminious plants. Azolla pinnata (In Japaneses) Nogaku, 1:361-363.

Lestari, C.M.S., A. Muktiani, H.I. Wahyuni dan J.A. Prawoto. 1997. Evaluasi Azolla mycrophylla sebagai sumber lisin dan pengaruhnya terhadap penampilan karmas kelinci. Majalah Penelitian, Lembaga Penelitian Universitas Diponegoro. Tahun IX (34): 1-9.

P. Kamalasanana Pillai, S. Premalatha and S. Rajamony. 2002 “AZOLLA – A sustainable feed substitute for livestock Volume 4 number 1” published in LEISA India

Querubin, L. J., P. F. Alcantara and A. O. Princesa, 1986b Chemical composition of three Azolla species (A. pinnata, A. Caroliniana and A. microphylla) and feeding value of Azolla meal (A. microphylla) in broiler ration. Philippines Agriculturist (Philippines), 69:479-490.

Saskiardi, D. 1986. Pengaruh Pemanfaatan Tumbuhan Azolla sebagai Bahan Pengganti Kacang Hijau dalam Ransum Kelinci Lokal Jantan terhadap Bobot Karkas. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang (Skripsi Sarjana Peternakan).

Singh, P.K. and Subudhi, B.P.R. 1977. Save food, use Azolla as poultry feed. Indian Fmg. 27(1).

Sreemannaryana, D., K. Ramachandraiah, K. M. Sudarshan, N. V. Romanaiah and J. Ramaprasad, 1993. Utilization of Azolla as a rabbit feed. Indian vet. J., 70: 285-286.

Sabtu, 18 April 2009

sapi

Peluang Beternak Sapi Potong Di Bangka Tengah

Yudo Husodo (2005) menyatakan bahwa pengembangan subsektor peternakan memiliki arti penting dipandang dari sudut peningkatan SDM (sumber daya manusia) karena kualitas SDM sangat ditentukan oleh konsumsi protein hewani yang pada gilirannya menentukan kualitas pertumbuhan fisik dan kecerdasan bangsa disamping pendidikan dan layanan kesehatan yang baik. Lebih lanjut dinyatakan bahwa SDM lebih dominan mempengaruhi kemajuan suatu bangsa dibandingkan kekayaan sumber daya alamnya.


Kabupaten Bangka Tengah dibentuk pada tanggal 25 Februari 2003 berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2003 dengan luas wilayah lebih kurang 2.156,77 Km2 atau 215.677 Ha. Secara administratif wilayah Kabupaten Bangka Tengah berbatasan langsung dengan daratan wilayah kabupaten/kota lainnya di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu dengan wilayah Kota Pangkalpinang, Kabupaten Bangka, dan Bangka Selatan. Kabupaten Bangka Tengah beriklim Tropis Type A dengan variasi curah hujan antara 72,2 hingga 410,2 mm tiap bulan untuk tahun 2005, dengan curah hujan terendah pada bulan Februari. Suhu rata-rata daerah Kabupaten Bangka Tengah berdasarkan data dari Stasiun Meteorologi Pangkalpinang menunjuk-kan variasi antara 25,70 Celcius hingga 27,70 Celcius. Sedangkan kelembaban udara bervariasi antara 78 hingga 87 persen pada tahun 2005.

Keadaan iklim yang demikan sangat mendukung usaha peternakan, karena dari segi iklim, daerah kabupaten bangka tengah sangat cocok untuk untuk beternak sapi potong yakni kisaran suhu 25,70-27,70ºC dimana suhu yang cocok untuk peternakan sapi potong adalah 27-34ºC dengan curah hujan rata-rata 800-1500mm/tahun, sedangkan persentase kelembaban yang cocok adalah 60-80%, selain itu dari segi wilayahpun bangka tengah memiliki letak yang strategis sebagai wilayah pemasaran.

pH tanah di daerah Kabupaten Bangka Tengah mempunyai PH asam dengan rata-rata 5, kondisi pH tanah tersebut cocok untuk pertanian dimana pH yang cocok untuk pertanian adalah antara 4-9 banyak mengandung mikroba yang baik untuk pertumbuhan tanaman, misalnya bakteri penghasil nitrogen pada pH lebih dari 5,5. Kebanyakan tanaman akan mengalami kerusakan bila pH tanah <>10,0 karena pH tanah akan berpengaruh langsung dan tidak langsung pada pertumbuhan tanaman

tanah yang baik bagi tanaman mempunyai pH sekitar 6,5. Aktivitas mikobia terbesar adalah pada pH tanah netral sampai sedikit masam, karena tinggi rendahnya pH akan berpengaruh pada ketersediaan unsur hara, terutama N, P, K, Ca, Mg.

Unsur nitrogen (N) bagi tanaman berfungsi dalam sintesis protein, sedangkan protein berfungsi sebagai pembangun protoplasma untuk membentuk organ–organ tanaman , Unsur fosfor (P) berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan akar maupun pada bagian atas tanaman seperti batang dan daun, sedangkan Unsur kalium (K) berguna untuk menambah sintesa dan translokasi karbohidrat, sehingga mempercepat ketebalan dinding sel dan kekuatan tangkai.

Selain itu guna memenuhi kebutuhan pakan ternak, wilayah bangka tengah cocok untuk tanaman rumput raja ataupun rumput gajah, kerena jenis rumput tersebut sangat toleran terhadap berbagai jenis tanah dan dapat tumbuh dengan curah hujan antara 1000-2000mm/tahun.



Kamis, 09 April 2009

Varises

Perangi Varises Dengan Kacang Hijau

Memiliki kaki jenjang tentunya merupakan kebanggaan tersendiri untuk Anda. Tetapi bagaimana bila sepasang kaki jenjang tersebut tidak mulus? Bukan karena luka bekas jatuh ataupun karena bulu kaki yang tidak diwax dengan rutin, tetapi karena varises.

Kemunculan varises yang berupa urat berwarna kebiruan memang mengganggu keindahan kaki. Seringkali bila sudah parah, bayangan urat kebiruan tersebut muncul dalam bentuk tonjolan yang tampak sangat jelas.

Sebelum rasa percaya diri Anda untuk mengenakan celana pendek ataupun rok jadi berada di titik nol karena varises, kami akan berbagi resep kecil. Tonjolan yang mengurangi keindahan kaki tersebut bisa diminimalisir dengan racikan tradisional dari kacang hijau.

Sediakan :

  • kacang hijau sebanyak 1 genggaman tangan

Cara meracik :

  • Rebus segenggam kacang hijau tersebut dengan 2 gelas air

  • Biarkan sampai airnya susut sebanyak 1 gelas

  • Minum rebusan ini 2 kali sehari, pagi dan menjelang tidur


Selain itu, untuk Anda yang varises atau memiliki bakat varises, saat akan tidur, biasakan untuk mengangkat kaki serta menempatkannya di tempat yang lebih tinggi dari kepala (diganjal), dan diamkan selama 10 menit

Sumber : Hanyawanita.com

pragmatis

PRAGMATISME DAN APATISME MAHASISWA INDONESIA DALAM KEHIDUPAN KAMPUS


I believe that education is the fundamental method of social progress and reform….society can formulate its own purposes, can organize its own means and resources, and thus shape itself with definiteness and economy in the direction in which it wishes to move” (John Dewey in My Pedagogic Creed, 1897)

Berfikir Kritis dan Berani Bertindak adalah Kita (Syahrir)


Pendahuluan

Pragmatisme merupakan kepercayaan bahwa kebenaran atau nilai suatu ajaran (paham, doktrin, gagasan, pernyataan,dsb) bergantung pada penerapannya bagi kepentingan manusia dan seringkali mampu memberikan penjelasan yang berguna terhadap suatu permasalahan dengan melihat sebab akibat berdasarkan kenyataan untuk tujuan praktis<1>. Sedangkan apatisme biasa muncul untuk merefleksikan sikap yang acuh tidak acuh dan ketidakpedulian terhadap suatu permasalahan atau keadaan yang terjadi<2>. sekalipun bertolak berlakang, kata-kata tersebut merupakan dua istilah ladzim yang biasa dipakai oleh banyak orang untuk menggambarkan kekecewaan dan keadaan yang semakin menurun dari aktifitas yang biasa dilakukan.

Pragmatisme dan apatisme sudah mulai banyak menghinggapi sikap dan tindakan kaum-kaum muda intelektual bangsa dalam menilai suatu permasalahan baik yang terjadi di dalam ruang lingkup terdekat mereka di dalam dunia pendidikan seperti kampus dan secara bersamaan mampu memaksa kampus sebagai wadah pendidikan profesional untuk memenuhi berbagai macam tuntutan mahasiswa yang ada. Kaum-kaum tersebut beranggapan bahwa hal tersebut sebagai sesuatu hal yang lumrah di dalam era tuntutan ini. Mengapa? Karena percepatan arus teknologi yang tanpa batas dan arus informasi yang men”dewa”kan kebebasan berekspresi; tidak membatasi setiap orang untuk menuntut haknya mendapatkan akses informasi yang tersedia. Dengan adanya globalisasi, dan tersedianya banyak layanan untuk menerima unsur-unsur globalisasi; seringkali menjadikan kampus memperketat birokrasi yang ada untuk menahan lajur arus globalisasi tersebut.

Terpusatnya dosen-dosen dengan banyak gelar di satu tempat, dan lengkapnya akses atau peralatan pendidikan yang di terima di dalam suatu kampus, juga menjadikan sikap instan dan tanpa berfikir panjang menghinggapi kaum-kaum muda intelektual. Akibatnya, keinginan untuk mendapatkan kekuasaan terhadap suatu jabatan, dilakukan tanpa adanya persaingan yang bersih. Salah kaum elitkah? Mengingat rakyat bawah yang berkecenderungan untuk selalu mengikuti sikap dan tindakan kaum elitnya; atau mungkin salah rakyat bawah yang melakukan tindakan kaum elit tanpa memfilter terlebih dahulu apakah tindakan tersebut patut untuk ditiru atau tidak? Salah siapa dan mengapa, merupakan pertanyaan yang akan coba penulis jawab di dalam paparan karya tulis ini, terlebih dengan semakin besarnya sikap pragmatisme dan apatisme mahasiswa di dalam kehidupan kampus.

Tiga Kebijakan Kehidupan Kampus Masa Kini Kampus, identik dengan kehidupan akademik. Kehidupan mahasiswa yang beragam dan unik, serta dalam setiap langkahnya pasti membawa cerita yang berbeda. Ada beragam sisi yang bisa kita lihat, sisi yang mampu membawa setiap insan mahasiswa yang terlibat di dalamnya untuk bercengkrama, berdiskusi, berpolitik kampus, ataupun hanya sekedar datang dan pulang tanpa membawa kesan. Setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh kampus, seringkali dijadikan sebagai ajang perdebatan mengenai seberapa besar kepentingan mahasiswa terpenuhi dan seberapa tersalurkannya aspirasi mereka atas kebijakan itu sendiri.]

Kampus, memiliki dunianya sendiri. Dunia dewasa yang penuh tantangan dan pilihan untuk memilih (being a winner or a looser). Dunia bagi mahasiswa untuk mencari dan membentuk jati dirinya. Suka ataupun tidak, hal tersebut memang terjadi di dalam kampus, dan memaksa banyak orang untuk mulai berfikir apa yang ada di dalam kehidupan kampus dewasa ini.

Pesta, buku dan cinta. Tiga paket kebijakan yang tidak pernah lepas dalam kehidupan kampus, dan identik dengan kehidupan mahasiswanya. Pesta bisa di artikan secara harafiah ataupun secara occasionally disesuaikan dengan keadaan yang terjadi. Tetapi, pesta sudah diidentikkan dengan keadaan bersenang-senang untuk menghabiskan uang dan mendapatkan kepuasan sesaat untuk kemudian ‘menagih’ pada hari-hari berikutnya. ‘Menagih?’ Well, itu kata-kata bagus yang penulis rasa bisa dimasukkan juga untuk membahas tiga paket kebijakan tersebut secara lebih detail.

Bersenang-senang atau pesta bisa dilakukan dengan banyak cara. Dengan didukung oleh jiwa muda mahasiswa yang menginginkan kebebasan dan penuh dengan sikap pemberontakan, pesta merupakan kegiatan menunjang yang mampu membawa aura orang dewasa untuk menjadi lebih muda dan bergairah. Adanya banyak kategori pesta yang bisa diartikan disini. Misalnya saja, pesta dugem. Dengan alunan musik, suasana malam yang dingin dan minuman beralkohol yang menghangatkan; pesta memiliki keistimewaan tersendiri. Dengan didukung oleh faktor masalah kehidupan yang berat dan keinginan untuk melepaskan beban permasalahan menumpuk, memaksa banyak orang untuk memilih pesta dugem sebagai salah satu alternatif yang dirasa mampu memenuhi sisi kesenangan yang hilang.

Musik memang tidak pernah lepas dari pesta, karena dengan musik, pesta yang diadakan menjadi lebih meriah dan tentunya saja menjadi lebih menyenangkan. Mahasiswa terus terang sangat menggandrungi musik dan mencari aliran musik yang sudah tentu sesuai dengan kepribadiannya. Munafik jika ada orang yang menyatakan dirinya tidak suka musik. Di dunia dugem, musik dialunkan untuk membawa pecinta dugem berbaur dengan komunitasnya. Selain itu, dinginnya malam dan minuman alkohol, merupakan pelengkap yang direfleksikan sebagai kekuatan dunia dugem yang dicari. Jenuhnya keseharian di dalam kampus, deadline tugas yang menumpuk, masalah organisasi dan percintaan yang tidak kunjung usai, merupakan faktor-faktor meningkatnya kecenderungan mahasiswa untuk menyukai pesta dugem. Dan kehidupan kampus, akan terasa sepi tanpa mengenal dugem.

Tetapi pertanyaan selanjutnya yang akan muncul adalah apakah harus menyelesaikan semua beban dan jenuhnya keseharian di dunia kampus dengan pesta dugem? Maka pengertian pesta yang lainnya muncul kemudian. Tidak banyak yang setuju bahwa dugem merupakan cara untuk menghilangkan penat yang ada, karena yang justru terjadi adalah pelarian sementara yang pada akhirnya justru akan mengarah kepada ‘ketagihan’. Sehingga pesta kemudian diartikan sebagai kegiatan bersenang-senang tanpa alkohol. Bagi sebagian mahasiswa, hanya dengan berjalan santai bersama-sama, menikmati pesta diskon di mal-mal, makan di banyak tempat dan diakhiri dengan ngobrol bareng, sudah merupakan pesta dan telah mampu menghilangkan penat mereka terhadap kehidupan kampus. Sehingga terlepas dari pesta apapun, kegiatan bersenang-senang merupakan kegiatan yang mampu melengkapi kebutuhan mahasiswa dewasa ini.

Buku, memang bagian penting dari mahasiswa; karena dengan buku mahasiswa akan menjadi lebih intelektual dan berbobot. Pengetahuan yang luas, prestasi yang memuaskan, merupakan hal yang didapatkan dari buku. Kampus sangat mendukung banyaknya referensi bacaan yang diharapkan mampu menjadikan mahasiswa merasa puas untuk memilih unversitas yang mereka masuki, serta sangat membantu mahasiswa untuk menyelesaikan tugas-tugas akademiknya. Tetapi di sisi lain, buku ternyata merubah kepribadian seorang mahasiswa. Misalnya, seorang mahasiswa dulunya sangat bijaksana dan memandang segala sesuatunya dengan netral, tetapi setelah dia mengenal buku dan mempelajari buku tertentu dan akhirnya ‘ketagihan’, yang terjadi selanjutnya adalah mahasiswa tersebut menjadi condong dan beraliran kiri ataupun kanan.

Ada banyak hal yang bisa kita dapatkan melalui buku, karena buku merupakan jendela dunia. Dan mahasiswa adalah kaum muda intelektual yang harusnya memahami pentingnya membaca buku.

Cinta anak kampus, merupakan kosakata yang paling banyak mendapatkan perhatian dari banyak kalangan. Banyak pengamat film misalnya, mengatakan bahwa cinta anak kampus merupakan tema yang paling banyak memikat hati penonton karena realita anak muda menuntut hal tersebut. Atau pemerhati musik beranggapan bahwa cinta merupakan bagian lirik yang paling banyak diminati oleh kaum muda.

Begitu pula yang terjadi dalam relita kehidupan kampus. Mahasiswa yang dalam masa pubertas, sudah mulai mencari cinta untuk melengkapi sisi kehidupannya. Ingin ada yang memperhatikan, ingin ada yang menyayangi dan berbagi, merupakan keinginan lumrah dari setiap mahasiswa saat ini. Namun seringkali tuntutan lingkungan anak muda untuk berbagi cinta justru menjerumuskan mahasiswa itu sendiri ke dalam jeratan cinta. Jeratan cinta? Kosakata apalagi ini? Ya, jeratan cinta seringkali memaksa mahasiswa untuk tidak berfikir rasional dan menganggap bahwa menjomblo (tanpa pacar) adalah hal yang tabu; sehingga seringkali mahasiswa menjadi salah kaprah dalam mencari cinta yang sesungguhnya. Salah kaprah yang dimaksud adalah mahasiswa seringkali memaksakan diri mereka untuk memiliki pacar tanpa mempunyai perasaan, pada akhirnya juga hal ini yang menjadikan mereka ‘ketagihan’. Yang terjadi kemudian adalah, prestasi mereka terganggu, kehidupan sosial mereka terganggu dan tentunya jiwa mereka juga terganggu. “Jangan pernah bermain cinta, karena mungkin cinta yang akan mempermainkan anda”, mungkin itu kalimat yang bisa dijadikan bahan renungan oleh mahasiswa di dalam kehidupan kampus.

Tiga kebijakan kehidupan kampus masa kini, dirasakan telah mampu melengkapi kehidupan mahasiswanya. Namun, hal mana dari kebijakan tersebut yang menjadi prioritas, kembali diberikan kepada masing-masing mahasiswa. Karena pilihan untuk mendahulukan pesta, buku ataupun cinta, pastilah memiliki konsekuensi masing-masing yang mungkin kadar dari konsekuensi tersebut juga ditentukan oleh mahasiswa itu sendiri melalui besar atau kecilnya intensitas dan keinginan mereka untuk ikut terlibat di dalamnya.

Globalisasi Informasi dan Pengaruhnya Terhadap Mahasiswa
Secara historis globalisasi berarti meluasnya pengaruh suatu kebudayaan atau agama ke seluruh penjuru dunia. Namun konsep dan istilah globalisasi yang digunakan semenjak tahun 1990-an, tidak dapat dipahami berdasarkan pengertian tersebut. Sebab, dalam istilah globalisasi saat ini terkandung sejumlah perk
embangan terbaru di dunia, yang ditandai oleh sejumlah besar tendensi sosiologis yang amat kuat, yang tidak dikenal dalam masa-masa sebelumnya.

Berbagai perkembangan yang terdapat dalam kandungan istilah globalisasi belum seluruhnya dapat diidentifikasi secara ilmiah dan secara budaya. Namun sudah ada sejumlah besar gejala yang terasa di depan mata, <4> seperti globalisasi informasi yang ada saat ini. Dengan semakin berkembangnya teknologi sebagai akibat dari globalisasi informasi, menjadikan pengguna media elektronik dapat dengan mudah mengakses berbagai informasi yang terjadi di belahan dunia lain tanpa harus kita yang berada di sana.

Tidak adanya pembatasan, terlebih pada media informasi seperti internet, menjadi memungkinkan pengiriman jumlah informasi tanpa batas dan dengan biaya yang jauh lebih murah. Hal ini menimbulkan efek sosial budaya yang meluas dan sulit untuk diantisipasi. Terlihat disini bahwa tanpa disengaja, dan tanpa dimaksudkan, internet telah berperanan sangat besar sebagai the great equalizer, yang selalu menjadi cita-cita dalam pendidikan, tetapi juga selalu gagal diwujudkan oleh pendidikan. Pendidikan lebih sering memantapkan perbedaan sosial daripada mengurangi atau menghilangkannya.

Dalam dunia pendidikan dan kehidupan kampus, pesta, buku dan cinta, menjadi sedemikian digemari oleh mahasiswa. Hal ini juga dilatarbelakangi oleh adanya perkembangan globalisasi informasi yang tanpa batas. Dengan pesatnya globalisasi informasi, akses untuk mendapatkan berbagai kemudahan, memanjakan semua penggunanya; terlebih untuk kaum muda yang haus akan rasa ingin tahu. Budaya intelektual yang menumbuhkan ide – ide kritis baik itu dalam diskusi, tulisan ataupun organisasi semakin tidak menarik minat mahasiswa. Hal ini terbukti dengan semakin sedikitnya jumlah mahasiswa yang mengikuti berbagai diskusi yang diadakan oleh kampus, ataupun jumlah mahasiswa yang berminat untuk menulis di dalam jurnal mahasiswa yang sudah tersedia.

Bertaburannya media – media informasi yang lebih banyak membawa unsur hiburannya dari pada wacana – wacana politik semakin menyingkirkan pula sikap kritis mahasiswa terhadap isu yang sedang terjadi. Diskusi – diskusi ataupun seminar – seminar yang selalu mengangkat isu – isu serta wacana yang sedang terjadi hanya ditanggapi oleh sebagian kecil mahasiswa sedangkan sebagian besarnya lagi lebih asik nongkrong di mall atau cafe – cafe menceritakan gosip selebritis terbaru<6> ataupun gosip seputar kampus. Lebih peduli dengan infotainment yang gencar di tayangkan di televisi ketimbang dialog dialog permasalahan dalam dan luar negeri, telah berkembang menjadi sesuatu yang sulit untuk diatasi.

Salahkah globalisasi informasi dengan keadaan yang demikian? Tidak ada yang bisa menyalahkan keadaan yang demikian. Perkembangan informasi dan lainnya, tidak bisa dipungkiri akan selalu membawa dampak yang positif dan negatif, karena kutub positif dan negatif akan selalu berada di sana untuk saling melengkapi. Namun, yang harus dilakukan kemudian adalah bagaimana meminimalisir dampak negatif tersebut dan menjadikan kembali mahasiswa sebagai kaum intelektual yang bukan hanya peduli terhadap diri sendiri, tetapi juga terhadap permasalahan bangsanya. Atau mungkin saja, keenganan mereka untuk mengurusi permasalahan bangsanya adalah sudah terlalu banyaknya masalah yang terjadi tanpa penyelesaian yang berarti. Akibatnya, mereka lebih cenderung untuk menikmati globalisasi informasi yang semakin mendekatkan mereka pada pesta, buku dan cinta.

Pragmatisme dan Apatisme Kaum Muda Intelektual Seperti yang telah diutarakan sebelumnya bahwa pragmatisme dan apatisme muncul karena banyak faktor, baik karena semakin pesatnya akses kemudahan dari globalisasi informasi yang berkembang saat ini; atau bahkan sebagai bentuk reaksi lanjutan dari kekecewaan kaum muda intelektual terhadap permasalahan di dalam negeri ini. Pragmatisme dan apatisme, entah apapun pengertian terminologinya, pastilah seringkali diidentikkan dengan politik. Sedangkan politik sendiri, tidak akan pernah lepas dengan kekuasaan (power).

Terdapat banyak aktor yang turut andil dalam mengatur pergerakan di dalamnya. Salah satunya adalah mahasiswa sebagai penyokong perubahan politik itu sendiri. Keberadaan mahasiswa, baik di dalam dan di luar layar pergerakan perpolitikan, tidak pernah dianggap sebagai sebuah hal yang maya belaka. Walaupun kita semua tahu, tidak semua mahasiswa mengetahui politik dalam arti yang sebenarnya. Dari tuturan klasik dosen, ataupun kisah faktual ketatanegaraan; setiap mahasiswa memiliki definisi yang berbeda-beda dalam menafsirkan politik itu sendiri. Pengetahuan dan ilmu yang dimiliki oleh mahasiswa merupakan sebuah parameter tersendiri yang dapat dijadikan sebagai sebuah tolok ukur dalam menilai realita perpolitikan di dalam kampus atau bahkan untuk ruang lingkup yang lebih luas, yaitu pada tingkat ketatanegaraannya.

Ada banyak hal juga yang melatarbelakangi munculnya sikap pragmatisme dan apatisme kaum muda intelektual dewasa ini. Misalnya saja jika penulis kaitkan sedikit dengan keadaan perpolitikan Indonesia saat ini, budaya amplop untuk memenangkan proyek, budaya melakukan rapat tanpa maksud yang jelas demi hanya untuk menghabiskan anggaran yang diberikan, dan hal-hal lainnya yang dilakukan oleh aktor politik di Indonesia; jika ditarik sedikit kebelakang, pastilah juga berkaitan dengan kehidupan aktor-aktor pollitik tersebut pada jaman mahasiswa. Akibatnya, budaya tersebut menjadi mengakar dan sulit untuk di lepaskan. Salah elit yang dulunya juga bertindak demikian, atau justru salah kaum intelektual muda yang awalnya mengkritik mereka tetapi begitu mereka dihadapkan pada kekuasaan juga malah bertindak hal yang sama? Penulis pribadi pun takut untuk menjawabnya. Kenapa? Karena ketakutan untuk mengkritik akan berbalik arah pada penulis nantinya.

Tetapi itu dulu, ketika Soe Hok Gie dan teman-temannya masih berjuang untuk menjadikan perpolitikan di negeri ini menjadi lebih baik. Bahkan melalui tulisan kritisnya mengenai “Mahasiswa UI bopeng sebelah” karena ada pertarungan dua kubu kepentingan yang ingin menonjolkan back ground gerakannnya untuk menguasai politik kampus. Lalu apa yang akan dia katakan kemudian melihat realita yang terjadi saat ini, dimana sudah sangat jarang ditemui mahasiswa kritis yang mengkritik tanpa ingin mendapatkan reward atasnya?

Seperti yang telah terjadi kemudian bahwa akibat dari arus globalisasi informasi tanpa batas, menjadikan mahasiswa untuk apatis, lebih bersikap cuek dan semau gue. Sehingga mungkin lebih tepat apabila dikatakan bahwa sebagian besar mahasiswa Indonesia bopeng. Lihatlah bagaimana sering terjadi rebutan masa dunia kampus yang sudah melibatkan politisi, tetapi usaha untuk kembali membawa dunia intelektual yang kondusif belum kelihatan. Dan kemudian dibarengi oleh sikap pragmatis dari mahasiswa itu sendiri yang lebih mementingkan tujuan praktisnya tanpa berfikir lebih panjang sebab-akibat yang akan terjadi di belakangnya.

Tetapi, tidak pernah tidak, mahasiswa yang sudah berpedoman pada tiga kebijakan kehidupan kampus, dan pengaruh globalisasi ekonomi bagi kehidupan pribadi mereka, tetap akan memegang dan memainkan peranan yang sangat penting sebagai agen of chance dan agen of modernization dinamika kehidupan masyarakat saat ini.
Contoh lainnya adalah dewasa ini, demonstrasi mahasiswa semakin meluas. Tak jarang aksi tersebut diikuti dengan tindak kekerasan. Yang dapat terlihat dari kasat mata masyarakat perkotaan adalah sudah tidak murninya lagi aksi tersebut, sebagai akibat dari adanya pihak-pihak di luar mahasiswa yang kadang kala ikut menungganginya sebagai tindakan atas kepentingan pribadi atau kelompok. Orasi-orasi yang dikumandangkan ada kalanya tidak relevan, terlalu hiperbolis, terlalu memaksa, dan bersifat subyektif (tidak berdasarkan data); sehingga tak jarang pemerintah ataupun pihak yang berkuasa cenderung melecehkan mereka.

Dalam ruang lingkup tertentu, sebagian mahasiswa Indonesia mulai menganggap demonstrasi ataupun penyaluran orasi sebagai sesuatu yang membosankan, membuang-buang waktu, dan tidak bermanfaat. Hal ini terlihat dari banyaknya opini mahasiswa terhadap rekan-rekannya yang berdemonstrasi di luar kampus. Mereka berkecenderungan untuk berfikir bahwa belajar di kampus, mendapat indeks prestasi yang tinggi agar cepat lulus, sehingga dapat secepatnya merasakan dunia kerja; adalah sesuatu yang utama dan sangat dinanti-nantikan. Tapi ketika mereka memimpikan hal tersebut, mereka lupa bahwa idealisme dan daya kritis –hal yang sangat melekat dengan jiwa mahasiswa- menjadi terpendam atau boleh jadi hilang. Jika semua hal ini terjadi, maka pesta, buku dan cinta sebagai tiga kebijakan kehidupan kampus bisa dianggap menjadi tidak seimbang.

Mulai tumbuhnya gejala pragmatisme dan apatisme dalam pergerakan mahasiswa tersebut, juga terlihat dari kecenderungan untuk tidak perduli dengan masalah-masalah sosial kemasyarakatan. Berkembangnya sikap individualistik yang berkembang ke arah hedonistik mengakibatkan pasifnya keinginan untuk ikut terlibat dalam gerakan mahasiswa. Sehingga tidak jarang kemudian, ketika mereka mencoba untuk berpolitik, aktivitas politiknya lebih didasari pada anggapan bahwa politik itu kotor dan tidak manusiawi. Hal tersebut secara tidak langsung tercermin pada orasi-orasi yang diutarakan. Jika hal tersebut dibiarkan begitu saja, akan timbul rasa tidak percaya dan curiga terhadap siapa saja yang menjalankan roda pemerintahan ini.

Kita semua tidak bisa memungkiri, seseorang yang pada dasarnya mempunyai prinsip untuk menjalankan politik dengan jujur, transparan, dan mengenali aspirasi rakyatnya; jika berhadapan langsung dengan kekuasaan yang mengekangnya dan sistem perpolitikan itu sendiri –yang mana dalam pengambilan kebijakan harus mengorbankan satu pihak demi pihak lain- pasti akan terdesak dan pada gilirannya akan mengamininya.

Mewabahnya pragmatisme dan apatisme mahasiswa Indonesia sekarang ini, secara tidak langsung bisa berdampak menekan tingkat kreativitas dan objektivitas -yang melatarbelakangi munculnya sikap kritis terhadap masyarakat dan Pemerintah- mahasiswa itu sendiri.

Dampak Sikap Pragmatisme dan Apatisme yang Mengakar
Munculnya ketakutan bahwa kecenderungan sikap instan dan tanpa berpikir panjang akan mampu mengarah ke sikap pragmatisme dan apatisme dari kaum intelektual mahasiswa, memang patut di waspadai. Realita yang terjadi belakangan ini mengenai semakin kerasnya globalisasi informasi menyerang mahasiswa tanpa adanya filter yang bisa
menyaringnya, akan mampu mengoyak realita dengan mimpi-mimpi belaka.

Lihatlah bagaimana antusiasnya kawula muda untuk menonton tayangan MTV atau katakan cinta dari pada berduyun duyun melihat dan merasakan langsung dialog – dialog politik dalam negeri.Lihatlah pula bagaimana kaula muda berbondong-bondong untuk menonton konser musik, dibandingkan harus duduk mendengarkan seminar mengenai keadaan perpolitikan atau permasalahan di dalam negerinya. Mahasiswa sering lupa bahwa ketika mereka lebih senang menikmati pesta, dan mereka sudah enggan untuk mendengarkan atau mungkin mengkritik perpolitikan di negerinya, mereka tidak sadar bahwa masa depan negaranya di tentukan oleh tangan-tangan mereka.

Apa jadinya pula ketika kebijakan pesta, buku dan cinta tidak dapat berjalan seimbang? Sedangkan pergerakan globalisasi informasi semakin meyebar tanpa pegangan. Yang ada adalah kaum muda melarikan diri dari masalah dan meninggalkan bopeng-bopeng yang semakin menganga dan menyerahkan sepenuhnya hanya kepada harapan-harapan palsu. Saling menyalahkan, kemudian menjadi budaya baru yang mengakar mengikuti sikap instan, pragmatisme dan apatisme yang sekarang sudah mulai menyebar.

Penyadaran untuk kembali mengkondusifkan suasana berpikir kritis dan berani bertindak membutuhkan waktu tidak sebentar, namun usaha – usaha menghidupkan kembali melalui diskusi – diskusi kecil yang bisa menjadi bola salju yang besar masih terus berjalan dengan masih hidupnya organisasi pro demokrasi yang pernah jaya pada jamannya. Selain itu pola pikir yang tumbuh dalam jiwa – jiwa muda yang progresif harus bisa menggugah sebagian mahasisiwa lainnya untuk sama – sama bergerak membangun bangsa dengan kemampuan berkarya masing – masing.

Adalah tugas bagi kita untuk tidak membiarkan hal tersebut menyebar atau bahkan mengakar lebih dalam lagi. Karena mahasiswa Indonesia di dalam kehidupan kampus yang seimbang, adalah harapan rakyat dalam mengontrol jalannya pemerintahan dengan menjunjung moralitas, bersih, dan mampu membawa Negaranya ke arah yang lebih baik


Penutup

Istilah pragmatis dan apatisme mahasiswa di dalam kehidupan kampus sering menjadi perdebatan yang serius bagi sesamanya. Menanggapi derasnya arus globalisasi informasi yang masuk ke dalam dunia-dunia kampus juga di dukung oleh kebijakan yang melegalkan pesta, buku, dan cinta di dalam kehidupan kampus. Adalah hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa pesta, buku, dan cinta memegang peranan yang sangat penting dalam menciptakan gejala-gejala tersebut. Adanya pilihan-pilihan untuk menjadikan salah satunya sebagai prioritas, merupakan konsekuensi yang akan di hadapi oleh masing-masing mahasiswa. Tetapi ketika semuanya menyerahkan hal tersebut kepada individu masing-masing tanpa didasari oleh keinginan untuk memperbaiki dan memperhatikan keadaan sosial yang terjadi di lingkungannya; maka apalah jadinya bangsa ini nantinya?

Mahasiswi Semester 6 Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Social dan Ilmu Politik.Npm:2003430895

DAFTAR PUSTAKA

Website:

http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/1004/07/0802.htm.

http://isola-pos.upi.edu.


jerawat

Jerawat Dan Cara Mengatasinya

Apa yang Anda rasakan ketika muncul titik merah di wajah? Bila bentuknya kecil belumlah terlalu mengganggu tapi lain halnya bila jerawat tersebut bertambah besar dan meradang. Sebelum Anda mengobatinya, sebaiknya kenali dulu jenis-jenis jerawat berikut ini:

  • Jerawat Klasik (Jerawat biasa)

Tampilannya mudah dikenali yaitu tonjolan kecil berwarna pink atau kemerahan. Penyebab umumnya adalah stres, hormon dan udara lembap pemicu kulit memproduksi minyak yang menjadi tempat berkembang biaknya bakteri. Akibatnya pori-pori tersumbat karena terinfeksi dengan bakteri.

Pencegahan & Pengobatan

Gunakan sabun wajah yang mengandung benzoyl-peroxida, atau sabun sulfur untuk membunuh bakteri-bakteri penyebab jerawat.

* Bila dengan obat jerawat yang dijual bebas tidak berhasil, pergilah ke dokter kulit untuk memeriksakannya

sekaligus mendapatkan resep obat jerawat yang mengandung vitamin A derivatif seperti Retin-A.
* Untuk mengurangi peradangan dan membunuh bakteri, pakailah obat jerawat yang mengandung

benzoyl-peroksida.

* Salep obat yang mengandung antibiotik seperti Garamicyn (bisa dibeli bebas) salah satunya, bisa dicoba. Salep

ini bisa membunuh bakteri dan mengurangi pembengkakan juga peradangan.

  • Cystic Acne (Jerawat Batu/Jerawat Jagung)

Bentuknya besar dengan tonjolan yang meradang hebat, berkumpul hampir di seluruh area wajah (berbeda dengan jerawat biasa yang terdapat hanya di salah satu bagian wajah). Jerawat ini sering membuat penderitanyah hilang kepercaan diri. Biasanya karena genetik, yaitu memiliki:

1. Kelenjar minyak yang over-aktif yang 'membanjiri' pori-pori dengan minyak.

2. Pertumbuhan sel-sel kulit yang tidak normal, tidak bisa beregenerasi secepat kulit normal.

3. Memiliki respons yang berlebihan terhadap peradangan sehingga meninggalkan bekas di kulit.

Pencegahan & Pengobatan

* Percuma saja bila Anda menggunakan obat - obat jerawat yang dijual bebas karena tidak akan mampu

menangani jerawat jenis ini. Anda harus berkonsultasi pada dokter kulit untuk mengobatinya.

* Untuk jerawat batu yang hanya satu-dua, penyembuhan yang efektif adalah meminta dokter kulit menyuntik

jerawat dengan cortisone, yang membuat jerawat ini sembuh dalam waktu 48 jam.

  • Komedo

Komedo adalah jerawat yang terdiri dari dua jenis. Pertama, komedo yang terbuka (blackhead) terlihat seperti pori-pori yang membesar dan menghitam (yang berwarna hitam tersebut adalah penyumbat pori yang berubah warna karena teroksidasi dengan udara). Kedua, Komedo yang tertutup (whitehead), memiliki kulit yang tumbuh di atas pori-pori yang tersumbat sehingga terlihat seperti tonjolan putih kecil-kecil di bawah kulit.

Jerawat jenis komedo ini disebabkan oleh sel-sel kulit mati dan kelenjar minyak yang berlebihan pada kulit. Ini terjadi bila Anda tidak rajin membersihkan kulit wajah sehingga sel-sel kulit mati menumpuk dan minyak di permukaan kulit kemudian menutup sel-sel kulit, lalu terjadilah penyumbatan. Make up dan produk penataan rambut yang mengandung minyak juga dapat memperparah keadaan.

Pencegahan & Pengobatan

* Mencuci wajah setiap pagi dan malam dengan pembersih mengandung salicylic-acid atau AHA/BHA (untuk

mengelupas sel-sel kulit mati) atau scrub kulit wajah minimal seminggu sekali.

* Menggunakan kertas minyak untuk menyerap kelebihan minyak di wajah.

* Rutin memakai masker untuk kulit berminyak seminggu sekali.

* Hilangkan blackheads dengan plester pore strips yang bisa Anda beli di supermarket.

  • Untuk whitehead, pakai obat jerawat yang mengandung salicylic-acid.

Sumber : Conectique.com


Selasa, 07 April 2009

Nutrisi untuk Ibu Hamil

Bagi ibu hamil dalam mengkonsumsi makanan yang harus diperhatikan adalah vitamin dan mineral karena penting bagi kesehatan dirinya dan janin. Nutrisi yang dibutuhkan selama kehamilan antara lain:

  1. Protein, sangat besar peranannya dalam memproduksi sel-sel darah.
  2. Karbohidrat, dibutuhkan untuk energi tubuh sehari-hari.
  3. Kalsium, di masa kehamilan, kalsium penting untuk membantu pertumbuhan si jabang bayi.
  4. Zat besi, amat penting dalam membantu proses produksi sel-sel darah merah, utamanya untuk mencegah timbulnya anemia.
  5. Asam folik, berdasar beberapa temuan para pakar kesehatan, wanita hamil yang kekurangan asam folik besar risikonya mengalami keguguran ataupun kerusakan pada janin.
  6. Lemak, bagi wanita hamil, lemak besar sekali manfaatnya untuk cadangan energi tubuh, agar sebentar-sebentar tubuh tidak terasa lelah.


NUTRISI PENTING SELAMA HAMIL

Seiring pertambahan usia kandungan, maka kebutuhan gizi ibu hamil akan meningkat, terutama setelah memasuki kehamilan trimester kedua. Sebab pada saat itu, pertumbuhan janin berlangsung pesat - terutama perkembangan otak dan susunan syaraf — dan membutuhkan asupan gizi yang optimal.

Nutrisi yang diperlukan adalah:

  1. Karbohidrat dan lemak sebagai sumber zat tenaga untuk menghasilkan kalori dapat diperoleh dari serealia, umbi-umbian.
  2. Protein sebagai sumber zat pembangun dapat diperoleh dari daging, ikan, telur dan kacang-kacangan.
  3. Mineral sebagai zat pengatur dapat diperoleh dari buah-buahan dan sayur - sayuran.
  4. Vitamin B kompleks berguna untuk menjaga sistem saraf, otot dan jantung agar berfungsi secara normal. Dapat dijumpai pada serealia, biji - bijian, kacang-kacangan, sayuran hijau, ragi, telur dan produk susu.
  5. Vitamin D berguna untuk pertumbuhan dan pembentukan tulang bayi Anda. Sumbernya terdapat pada minyak hati ikan, kuning telur dan susu.
  6. Vitamin E berguna bagi pembentukan sel darah merah yang sehat. Makanlah lembaga biji-bijian terutama gandum, kacang-kacangan, minyak sayur dan sayuran hijau.
  7. Asam folat berguna untuk perkembangan sistem saraf dan sel darah, banyak terdapat pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam, kembang kol dan brokoli. Pada buah-buahan, asam folat terdapat dalam jeruk, pisang, wortel dan tomat. Kebutuhan asam folat selama hamil adalah 800 mcg per hari, terutama pada 12 minggu pertama kehamilan. Kekurangan asam folat dapat mengganggu pembentukan otak, sampai cacat bawaan pada susunan saraf pusat maupun otak janin.
  8. Zat besi yang dibutuhkan ibu hamil agar terhindar dari anemia, banyak terdapat pada sayuran hijau (seperti bayam, kangkung, daun singkong, daun pepaya), daging dan hati.
  9. Kalsium, diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan gigi janin, serta melindungi ibu hamil dari osteoporosis Jika kebutuhan kalsium ibu hamil tidak tercukupi, maka kekurangan kalsium akan diambil dari tulang ibu. Sumber kalsium yang lain adalah sayuran hijau dan kacang-kacangan. Saat ini kalsium paling baik diperoleh dari susu serta produk olahannya. Susu juga mengandung banyak vitamin, seperti vitamin A, D, B2, B3, dan vitamin C.

SUMBER: KOMPAS CYBER MEDIA tanggal 21 September 2006, Milis Kehamilan

HACCP

KONSEP HACCP PADA KASUS SAPI GLONGGONGAN

Konsep HACCP :

  1. Identifikasi bahaya kesehatan

  2. Merangking bahaya

  3. Menentukan batasan kritis

  4. Mengidentifikasi Critical control point

  1. Merekomendasikan pengawasan yang dianggap perlu

  2. Pencatatan

  3. Verifikasi terhadap prosedur untuk menjamin efisiensi

  4. Pengujian untuk menjamin bahwa konsep HACCP berjalan dengan benar


  • Identifikasi Bahaya Kesehatan

Bahaya kesehatan yang didapat dari Penglonggongan daging sapi yaitu :

  • Banyak zat-zat nutrisi yang hilang akibat penglonggongan.

  • Jika tidak ditangani dengan benar dapat menyebabkan penularan penyakit atau keracunan pada sapi lain atau konsumen.

  • Dari segi ekonomi, merugikan para konsumen daging.

  • Tidak adanya animal welfare atau kesejahteraan ternak sapi tersebut.


  • Identifikasi Critical Control Point (CCP)

Cara penggelonggongan :

  • Air yang digunakan adalah air sungai/kali melalui selang plastik yang dimasukkan kedalam mulut dengan bantuan pompa air sampai rumen penuh dengan air.

  • Air dimasukkan secara paksa melalui mulut dengan menggunakan selang plastik hingga rumen sapi membesar.

  • Isi perut (rumen) keluar melalui mulut dan anus sapi,

  • Setelah perut sapi menggelembung, sapi dibiarkan hingga ± 6 jam dengan posisi kaki depan lebih tinggi daripada kaki belakang.

  • Sapi akan limbung dan pingsan bahkan mati setelah digelonggong, jantung sapi melemah sehingga tidak bisa memompa darah dengan baik.

  • Waktu disembelih darah yang keluar sedikit.

  • Setelah diglonggong, sapi baik dalam keadaan pingsan ataupun sudah mati diseret dengan paksa masuk ke RPH.

  • Sapi dikuliti, dipotong karkas dan dagingnya, serta dikeluarkan jeroannya ditempat itu juga (di lantai) tidak digantung.

  • Karkas atau daging sapi tersebut terkontaminasi mikroorganisme.

  • Transportasi yang buruk, mobil pengangkut ikut masuk ke dalam tempat pemotongan daging (RPH). Daging yang telah dipotong digantung di bak-bak terbuka.

  • Pekerja tidak menggunakan alas kaki dan menggunakan pakaian yang seadanya (tidak memenuhi standar pemotongan) dan tempat pemotongan di RPH tersebut tidak higienis.


Ciri-ciri daging glonggongan :

  • Warna daging merah pucat dan kusam.

  • bila dipegang terasa basah atau cenderung berair, terlihat mengkilat.

  • Mudah mengalami kebusukan.

  • jika dimasak mengalami penyusutan lebih besar dibandingkan dengan daging sehat.

  • harga lebih murah.




Gelonggongan

Sapi Gelonggongan

Daging sapi mempunyai peran yang cukup besar dalam konteks ketahanan pangan nasional. Seperti halnya dengan komoditas susu ataupun daging unggas, daging sapi menjadi salah satu komoditas sumber protein yang sangat dibutuhkan tubuh manusia untuk kesehatan dan pertumbuhan. Daging sapi merupakan komoditas daging disukai konsumen Indonesia selain daging ayam, daging kambing/domba, dan lain-lainnya. Alasan–alasan konsumen menyukai daging sapi ini antara lain karena, pertimbangan gizi, status sosial, pertimbangan kuliner, dan pengaruh budaya barat (Jonsen, 2004), disamping itu tingkat kecernaan protein daging sapi tingi mencapai 95-100% dibandingkan kecernaan protein tanaman yang hanya 65- 75% (Aberle et.al., 2001).

Data statistik pada Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan menunjukkan konsumsi daging sapi per kapita di Indonesia hanya sebesar 1,72 Kg per tahun dan terjadi peningkatan kebutuhan daging sapi dari tahun 1999 hingga 2003, denga laju peningkatan rata-rata sebesar 15,0% per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa Peningkatan permintaan daging sapi terus meningkat, sedangkan jumlah populasi tidak seimbang dengan jumlah permintaan tersebut, sehingga dengan meningkatnya permintaan daging sapi tersebut membuat kalangan pedagang melakukan segala cara. Salah satunya dengan menyediakan daging gelonggong, terutama daging sapi yang akhirnya diFatwa MUI sebagai daging Haram.

"Sesungguhnya Allah Hanya mengharamkan atasmu (memakan) bangkai, darah, daging babi dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selain nama Allah, tetapi barangsiapa yang terpaksa memakannya dengan tidak menganiaya dan tidak pula melampaui batas, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". [An Nahl; 16:115]


Sapi Gelonggongan


Sapi gelonggongan adalah sapi yang sebelum mengalami proses pemotongan/disembelih, terlebih dahulu perutnya di isi air dengan cara memasukkan selang ke mulut sapi sampai kedalaman kira-kira 1,5 meter kedalam perut sapi, kemudian selang tersebut dialiri air, banyaknya air yang dimasukkan ke perut tergantung besar kecilnya ukuran sapi tersebut, apabila perut sapi sudah penuh berisi air , maka sapi di istirahatkan sejenak agar air yang di tampung di perut sapi meresap keseluruh tubuh sapi, untuk menghindari agar sapi tidak stress karena kelebihan dosis air di tubuhnya maka air yang diperut sapi di keluarkan sedikit demi sedikit dengan cara memasukkan selang air yang berdiameter 5 cm dengan panjang 1.5 meter, kemudian dimasukkan kemulut sapi secara perlahan, setelah sampai di bagian perut, selang air tersebut dikocok maka keluarlah sebagian air dari mulut sapi tersebut. Semua cara ini di lakukan agar sapi beratnya bertambah antara10 sampai 15 kg.

Daging sapi glonggongan itu sendiri merujuk pada daging dari sapi yang diberi gelontoran (dalam bahasa Jawa, glonggongan berarti gelontoran) air sampai over dosis. Jadi, sapi sebelum di sembelih, di beri air secara paksa. Caranya, moncong sapi diberi corong bambu atau selang dan di ikat kuat. Biar air masuk penuh, kaki sapi di angkat lebih tinggi dari kaki belakang. Proses ini menghasilkan sapi bertambah tambun. Setelah di cekokin air, sapi didiamkan selama 6 jam lalu dipotong. Nah, tiap kilogram daging akan meningkat beratnya sampai 3 ons dari bobot normalnya. Daging gelonggongan banyak mengandung mikroba, dagingnya juga kemungkinan mengandung hormon adrenalin yang dihasilkan hewan saat sekarat.

Di pasar, saat ini ada 2 jenis daging sapi glonggongan:

  1. Daging sapi glonggongan, yaitu sapi yang diglonggong (dipaksa minum air sebanyak-banyaknya) hingga mati.

  2. Daging sapi semi glonggongan atau yang biasa disebut daging semi, yaitu sapi yang diglonggong tetapi tidak sampai mati (sekarat), baru kemudian disembelih.

Ciri-ciri daging gelonggongan:

Berikut adalah sejumlah ciri daging gelonggongan yang disampaikan para pedagang maupun Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta:

  • Warnanya pucat (daging yang masih baik berwarna merah terang dan lemaknya berwarna kekuningan).

  • Kandungan air sangat tinggi/lebih berair/lembek.

  • Kondisinya agak rapuh sehingga tidak bisa dijadikan sejumlah produk olahan, seperti bakso.

  • Biasanya harganya lebih murah.

Berikut tips untuk membedakan daging sapi segar dengan daging sapi geronggongan yang berada di pasar tradisional (sebagian pernah ditayangkan berita-berita TV):

  • Pada pasar tradisional biasanya daging sapi gelonggongan tidak digantung pada kail besi melainkan ditaruh diatas meja langsung, ini menjaga supaya air tidak berjatuhan ketika digantung.

  • Daging sapi segar biasanya warnanya merah mencolok dibanding dengan daging sapi geronggongan yang warnanya agak pucat.

  • Bila mau membeli lihatlah secara teliti dengan menekan bagian daging tersebut. Apabila ditekan daging tesebut mengeluarkan air maka anda patut curiga.

  • Bila di rebus dengan air berat daging sapi geronggongan dapat menyusut beratnya dibanding dengan daging sapi segar.

Berikut kami ulas beberapa Tips bagaimana cara memilih daging yang baik dan segar:

1. Bau khas dagiing sapi segar, tidak berbau seperti bangkai.

2. Daging masih berwarna segar, tidak pucat.

3.Daging tidak berwarna kehijau-hijauan.

4. Daging tidak berwarna kehitaman atau memar.

5. Penjual daging glonggongan biasanya menjual dagingnya tidak digantung, tapi ditaruh dimeja agr tidak keluar airnya.

6. Jangan terkecoh dengan harga daging yang murah


Kerugian Yang Disebabkan Oleh Adanya Daging Gelonggongan:


kalau dihitung cermat, konsumen yang beli daging glonggongan amat dirugikan. Karena daging yang dibeli setelah dimasak akan menyusut hingga 50 persen. Artinya separuhnya lagi, konsumen seperti beli air. Soal gizinya juga pastinya berkurang banyak. Daging glonggongan bergizi rendah karena protein, lemak, vitamin dan mineral turun hingga 23,3 persen. Selain itu kualitas daging turun kelas, pucat, cepat busuk dan lembek. Karena itu para pedagang nakal, tak akan berani menggantung daging glonggongan jualannya. Pasti akan ditaruh di wadah seperti baskom. Biasanya mereka berkilah, daging ini berasal dari jenis sapi anu yang kualitas harganya lebih murah misalnya dari sapi unggulan itu. Pokoknya banyak ragam kilah tipu-tipu mereka, biar pembeli terpikat.

Dalam tinjauan aman dan sehat, daging gelonggongan ini tidak memenuhi syarat, sebab daging yang basah akan mudah dihuni bakteri, selain itu daging gelonggongan tidak layak untuk dikonsumsi. Karena selain rendah gizi, daging yang berasal dari sapi yang stress karena dicekokin air akan menularkan pengaruh buruk pada perilaku konsumennya. Selain itu, melakukan tindakan paksa mencekoki binatang dengan air untuk mengeruk untung berlebih, dari pandangan agama, haram hukumnya. Tindakan ini dianggap tidak berperikemanusian.


Peraturan Pemerintah Dan Undang-Undang Yang Berhubungan Dengan Penggelonggongan


Beberapa peraturan pemerintah dan Undang_undang yang dilanggar oleh adanya kasus penggelonggongan

  • Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan,

  • Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1983 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner.

  • Undang-undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2824);

  • Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3656);

  • Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4424);

  • Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821);

  • Keputusan Menteri Pertanian Nomor 555/Kpts/ TN.240/9/1986 tentang Syarat-syarat Rumah Pemotongan Hewan dan Ijin Usaha Pemotongan Hewan;

Para pelaku penggelonggongan diancam jeratan pasal berlapis, beberapa diantaranya ialah Undang-Undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan dengan ancaman penjara 15 tahun datau denda Rp. 300 juta, lalu Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan, mengedarkan pangan yang mengandung bahan kotor, busuk, tengik, dan terurai, atau bahan yang berasal dari bangkai sangat dilarang. Ancaman adalah penjara selama 1 tahun atau denda sebesar Rp 120 juta serta Undang-Undang (UU) Perlindungan Konsumen No 8/1999 dan UU No 7/1996 tentang Pangan, dengan ancaman kurungan lima tahun dan denda sebesar 2 miliar rupiah.

Selama ini Pemerintah belum bertindak tegas terhadap para pedagang barang-barang haram itu. Paling-paling hanya diberi teguran, penyuluhan dan pembinaan. Padahal, sudah ada Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. Pada pasal 4(c) diungkapkan bila menjadi hak konsumen untuk mengetahui informasi kualitas produk secara jujur. Di pasal 8 dan 9 diulas perbuatan-perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha. Bahkan di pasal 62, dijelaskan bila pelaku usaha yang melanggar bisa dikenai pidana denda hingga 2 milyar rupiah serta sanksi pidana kurungan paling lama 5 tahun. Pemerintah juga bisa mengacu pada Undang - Undang No 6 Tahun 1967 tentang pokok kesehatan. Yang pasti, pada pelaku perdagangan daging bermasalah bisa dikenakan pasal-pasal pidana yang diatur dalam Kitab Hukum Undang-undang Pidana (KUHP), khususnya dengan pasal pidana penipuan. Apalagi saat ini sudah banyak Pemerintah Daerah yang mempunyai peraturan daerah (Perda) terkait perdagangan daging bermasalah. Kota Semarang misalnya mempunyai Perda No 6/2007 tentang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Veteriner. Di Perda tersebut pedagang daging bermasalah diancam hukuman denda maksimal Rp5 juta dan penjara selama lima tahun. Di Kab. Bantul ada Perda No 9 tahun 2000. Langkah tegas Pemerintah harus diikuti dengan kemauan untuk melakukan koordinasi antar kota/kab, karena bisa jadi daging bermasalah tersebut berasal dari luar daerahnya. Koordinasi juga harus dilakukan antara aparat kepolisian, Dinas Perdagangan, Dinas Peternakan, Dinas kesehatan, Departemen Agama dan MUI.

Secara ilmiah, ketika hewan yang akan disembelih mengalami stress, maka darah tidak akan keluar dengan tuntas dan mutu daging yang dihasilkan juga kurang bagus, sedangkan dari segi kehalalan perlakuan glonggong pada sapi juga bisa menimbulkan masalah. Penyiksaan binatang secara berlebihan tersebut membuka peluang binatang tersebut mati atau sekarat sebelum disembelih. Jika hal itu yang terjadi, maka daging hasil sembelihan tersebut haram hukumnya. Sebab ia telah menjadi bangkai dan hukumnya sama dengan memakan bangkai.

Fatwa Majelis Ulama Indonesia Mengenai Gelonggongan

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jateng mengharamkan jenis daging sapi gelonggongan, karena dinilai mengandung unsur penipuan, penyiksaan pada hewan, dan sama halnya menjual daging bangkai.( Suara Merdeka,) Islam menganjurkan agar hewan yang akan disembelih diperlakukan dengan baik dan disenangkan hatinya. Kalau perlu diberi makan dahulu, tidak disiksa, dan dimandikan supaya bersih. Aturan ini berlaku untuk semua hewan yang akan disembelih, baik sapi, kambing, domba, unta, maupun hewan-hewan halal lainnya

Upaya Pencegahan Kasus Penggelonggongan

Langkah Untuk Membrantas Daging Sapi Glonggongan Oleh Lembaga Terkait: Sapi glonggong adalah sapi yang diberi minum secara paksa dalam jumlah besar (diglonggong) dengan tujuan menambah berat badan sapi. Permasalahan yang terjadi, selain menyiksa, sapi yang diglonggong besar kemungkinan mati sebelum proses penyembelihan dilakukan, tentunya dagingnya menjadi tidak halal. Investigasi secara terpadu dilakukan oleh tim LP POM MUI Pusat, Depkes, Depag, Ditjen peternakan beserta MUI dan Dinas Peternakan setempat. Langkah selanjutnya adalah akan dibuatnya RPH yang besar agar pemotongan dapat dipusatkan disatu tempat sehingga pengawasan lebih mudah dilakukan.


Minggu, 05 April 2009

Apathisme

Mahasiswa,… Apatis atau tidak?


“Turunkan harga BBM…100X!!!, turunkan harga kebutuhan pokok…101x!!!”

( siaran dikoran ama diTV tu banyak men N gel, cube lu liat dech!)


Begitulah teriakan rakyat, begitulah!!!

Sementara rakyat sibuk teriak-teriak menuntut kenaikan harga tersebut, malah ada yang duduk asyik2an mementingkan kepentingan perut, trus yang demikian tu bukannya namanya Apatis, adakah mahasiswa yang demikian? Mahasiswa yang tidak perduli apa2 karena baginya kebutuhan hidup terpenuhi, sehingga tidak peduli padahal rakyat disana mengais sampah demi sesuap nasi?

Nah..sebelum kita bahas benar apa tidaknya, sebenarnya mahasiswa tuch tau ga sich yang namanya apatis, pernah ga sich kita mengerti, pernah ga toh kita peduli, dan pernah ga kita…….? trus maju kedepannya lagi, tau ga sich lo smue hubungan antara egois dengan apatis?!!!!

Egois adalah……

Apatis adalah……

Coba dech temen2 awang-awangi dulu, okey?

Ehm,..Key dech…!!!

Egois adalah suatu sikap yang melekat pada semua individu, termasuk gue N kamu2 itu, dimana didalam diri pribadinya itu terdapat rasa hanya mementingkan diri sendiri, tanpa memperhatikan orang lain, memperhatikan perasaan, kepentingan bersama dan lain2nya… nah, kalo apatis ga jauh beda tuch ma yang namanya egois, cuman namanya apatis tu tidak mau menerima saran Or kritik orang laen dan hanya mementingkan kelompoknya aja, apatisme biasa muncul untuk merefleksikan sikap yang acuh tidak acuh dan ketidakpedulian terhadap suatu permasalahan atau keadaan yang terjadi, seperti yang udah diceritain diatas tu tadi…

Dari pemaparan diatas sono tu, pasti temen2 dah dapat menyimpulkan hubungannya, kata egois tu terdapat pada setiap individu, trus yang apatis sering kali hanya mementingkan kelompok, yang jadi pertanyaan, apa bedanya individu dan kelompok dalam kedua paham tersebut, bukankah dalam kelompok tu terdapat individu2…?

Istilah dalam kelompok terdapat individu maksudnya adalah jikalau dalam kelompok itu dominan diduduki ( beranggotakan) oleh orang-0rang yang egois, hasilnya apa donk, bukannya Apatis…?

Yang semangat ya…!

HIDUP MAHASISWA…3X

Ehh,..rakyatnya jangan dilupain juga donk?!!!

HIDUP RAKYAT…3X

Harga BBM naik, pendidikan melilit, SEMBAKO mencekik, rakyat kejepit and ahirnya mencicit…tu lah gambaran hidup rakyat kita sekarang ini.

Mahasiswa yang katanya sebagai AGEN OF CHANGE, sebagai harapan dan tumpuan rakyat, mestinya peduli dengan rakyat, berada disamping rakyat, dan mestinya selalu memperjuangkan nasib mereka, ga Cuma diam berpangku tangan, karena kalo ga ada rakyat, siapa lagi yang mau membiayai biaya pendidikan kita ni, bukankah kita tau kalo pendidikan kita ini masih disubsidi ma pemerintah, bukankah uang yang disubsidi kependidikan kita2 ni dari rakyat juga?..berarti sama juga donk kita makan keringat rakyat, trus apa bedanya kita ama yang namanya tikus berdasi sono atau malah gelar yang kita sandang lebih keren lagi sebagai tikus OF CHANGE?...

Kalo teman2 ga mau dikatain sebagai tikus berdasi atau tikus OF change, cobalah pahami, mengerti, singkirkan ego, dan cobalah ada untuk rakyat, mudah2an rakyat ga ngerasa dikecewain, mudah2an rakyat ga ngerasa berat karena diperas keringatnya, dan jauhilah yang namanya kapitalis ( ucapkan dengan tegas anti kapitalis, korupsi dan hedonis!!!!), ehh satu lagi ni, teriakin dagn semgangat ya “ Hidup Mahasiswa, Hidup Rakyat!!!!!!’’



85% Daging Ayam Broiler Mengandung Antibiotik

85% Daging Ayam Broiler Mengandung Antibiotik


Gizi.net - JAKARTA—MIOL: Hasil penelitian mengungkapkan sebanyak 85% daging dan 37% hati ayam broiler di Jabotabek mengandung residu kelompok antibiotik penisilin cukup besar. Jika daging dan hati ayam itu dikonsumsi dalam jangka waktu cukup panjang berisiko munculnya berbagai penyakit. Hal itu diungkapkan dua peneliti, Rusiana dan DN Iswarawanti, pada Seminar SEAMO (Southeast Asian Ministers of Education Organization) dan Tromed RCCN (Tropical Mendicine Regional Center for Community Nutrition) Universitas Indonesia di Jakarta, Senin (22/12).

Kepada Media, Rusiana yang juga menjabat Kepala Seksi Penilaian Produk Pangan Fungsional Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) mengatakan telah melakukan penelitian ayam broiler di Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi). Sebanyak 80 ekor ayam broiler dijadikan sampel untuk penelitian. Berdasarkan hasil penelitiannya, ternyata hasilnya 85% daging ayam broiler dan 37% hati ayam broiler itu mengandung residu antibiotik. Rusiana menjelaskan dari sampel daging dan hati broiler itu terdapat residu antibiotik tylosin, penicillin, oxytetracycline, dan kanamycin.

Penelitian sampel kelompok antibiotik menggunakan metode Bioassay dan hasil analisisnya dinilai berdasarkan Codex Alimentarius Commission (CAC) atau standar pangan yang digunakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Organisasi Pangan Dunia (FAO), dan standar European Economic Community (EEC). "Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa kelompok antibiotik penisilin merupakan residu yang paling banyak ditemukan di hati ayam," kata Rusiana.

Sementara itu, Iswarawanti menambahkan hati ayam broiler mengandung lebih banyak antibiotik kelompok penisilin dibandingkan daging. Kandungan antibiotik penisilin mencapai 41,3% jika dihitung berdasarkan maximum residue limit--MRL per batas maksimal residu). Angka itu masih di bawah 45% kandungan MRL residu penisilin. Namun, dia mengingatkan bahwa sebenarnya kelompok antibiotik penisilin itu bukan digunakan untuk ternak ayam, melainkan untuk pengobatan manusia. Jadi, jika daging dan hati ayam broiler itu dikonsumsi dalam jangka waktu panjang sangat membahayakan kesehatan manusia.

Iswarawanti menjelaskan penyakit yang ditimbulkan akibat mengonsumsi daging dan hati ayam broiler yang mengandung antibiotik itu secara berkepanjangan bisa menyebabkan teratogenic effect, carcinogenic effect, mutagenic effect dan resisten terhadap antibiotik sendiri. Rusiana menjelaskan bahwa teratogenic effect adalah kandungan antibiotik bisa menyebabkan efek buruk untuk ibu yang mengandung, terutama untuk janinnya. Ibu yang mengandung bisa mengalami keguguran atau bayi yang dilahirkan cacat. Kalau carcinogenic effect, antibiotik yang masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan munculnya penyakit kanker. Sedangkan mutagenic effect, antibiotik dapat menimbulkan mutasi bagi mikroorganisme seperti bakteri.

Sementara itu, bagi mereka yang banyak mengonsumsi daging dan hati ayam yang mengandung antibiotik, tubuhnya akan mengalami resistan terhadap reaksi antibiotik. Maka, obat antibiotik yang dikonsumsi orang yang banyak makan hati ayam yang mengandung antibiotik tidak akan menimbulkan efek apa pun. "Antibiotik itu juga bisa menimbulkan alergi seperti menimbulkan bintik-bintik dan gatal-gatal pada kulit," tambah Rusiana. Dia menjelaskan, untuk daging yang kandungan antibiotiknya rendah relatif aman. Tetapi, hati ayam yang banyak ditemukan mengandung lebih banyak antibiotik penisilin sudah perlu hati-hati untuk mengonsumsinya. ''Padahal, selama ini banyak orang yang mengharapkan mendapat asupan zat besi dengan memakan hati ayam. Tetapi, hati ayamnya ternyata belum aman,'' katanya.

Ditanya kenapa daging dan ayam brolier mengandung antibiotik terutama penisilin, Iswarawanti mengatakan kemungkinan ketidaktahuan dan tidak adanya penyuluhan bagi peternak ayam. Mereka hanya mengharapkan ayamnya sehat, maka disuntik atau diberi pakan yang mengandung antibiotik. (MI/O-1)