Senin, 05 April 2010

Penerapan Teknologi Pengolahan Pakan Dan Pemanfaatan Limbah Pertanian Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Usaha Ternak Ruminansia Di indonesia 

Pakan hijauan merupakan bahan pakan utama bagi ternak ruminansia, namun sejalan dengan berkurangnya lahan untuk menghasilkan hijauan pakan ternak sebagai akibat perluasan lahan untuk pemukiman dan produksi pangan, menyebabkan keterbatasan produksi pakan hijauan. Meskipun demikian, meningkatnya produksi tanaman pangan berakibat pada meningkatnya jumlah produksi limbah pertanian. Di Indonesia, salah satunya adalah limbah tanaman padi (jerami padi) yang tersedia dalam jumlah yang cukup banyak dan mudah untuk diperoleh sebagai pakan ternak. Berdasarkan kondisi yang tersebut diatas, maka untuk pengembangan ternak ruminansia di suatu daerah seharusnya dilakukan juga usaha untuk memanfaatkan limbah pertanian, mengingat sumber penyediaan rumput dan hijauan lainnya sebagai pakan sangat terbatas.
Limbah pertanian atau hasil sampingan agroindustri mempunyai peluang untuk dimanfaatkan secara optimal sebagai pakan ternak ruminansia, akan tetapi faktanya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum limbah tersebut  digunakan seperti ketersediaan, kontinuitas pengadaan, kandungan gizi, kemungkinan adanya faktor pembatas seperti zat racun atau zat anti nutrisi, serta perlu tidaknya bahan  diolah sebelum dapat digunakan sebagai pakan ternak, selain itu permasalahan dalam pemanfaatan limbah pertanian adalah kandungan serat kasarnya yang tinggi termasuk selulosa, lignin, dan tanin yang sangat sukar dicerna oleh ternak ruminansia. 
Menindak lanjuti bagaimana mengatasi permasalahan tentang rendahnya kualitas dari limbah pertanian, diperlukan suatu upaya penerapan teknologi guna meningkatkan kualitas dari limbah pertanian yakni melalui aplikasi atau penerapan teknologi pengolahan pakan, namun perlu dicermati penguasaan teknologi untuk memanfaatkan limbah menjadi bahan pakan alternatif ini belum sepenuhnya dikuasai oleh petani peternak, untuk itu diperlukan suatu kajian awal terkait potensi limbah pertanian serta faktor yang mempengruhi penerapan teknologi pemanfaatan limbah tersebut sebagai bagian dari upaya mencari solusi alternatif untuk pengembangan teknologi maupun pengembangan wilayah melalui pemberdayaan masyarakat petani dan peternak.
Penerapan teknologi pengolahan limbah bertujuan untuk meningkatkan kualitas dari bahan pakan yang pada akhirnya nanti berdampak pada produktivitas seekor ternak yang mengkonsumsinya. Teknologi pengolahan pakan dapat dilakukan dengan berbagai cara yakni dengan cara  (1) perlakuan fisik mekanik melalui pencacahan, penggilingan, perendaman, perebusan, pelleting, dan Y-iridiasi (2) perlakuan kimia dengan menggunakan asam atau basa kuat, (3) perlakuan biologis seperti pengolahan dengan jamur, enzim, maupun dengan bolus/isi rumen, dan (4) gabungan berbagai perlakuan (Sutrisno, 1993). 
Dalam upaya penerapan teknologi pengolahan pakan, ditemui berbagai permasalahan. Permasalahan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni faktor Sumber daya manusia, faktor Sumber daya Alam dan faktor teknis yang juga memberikan kontribusi hambatan yang cukup besar dalam penerapan teknologi pengolahan limbah pertanian sebgaia pakan, sehingga semua faktor tersebut perlu dicarikan jalan keluarnya guna memecahkan permasalahan yang ada tersebut.
Faktor sumber daya manusia yang perlu dipecahkan agar tidak menjadi hambatan dalam penerapan teknologi pengolahan limbah pertanian sebagai pakan meliputi pendidikan petani peternak, motivasi, ketrampilan, persepsi, pengalaman beternak, pendapatan petani peternak, jumlah tanggungan keluarga dan frekuensi ikut penyuluhan, sedangkan faktor SDA meliputi produksi limbah, jenis limbah (padi atau palawija). Faktor teknis mempengaruhi dalam penerapan teknologi pengolahan limbah pertanian meliputi jumlah ternak yang dipelihara oleh masyrakat, karena biasanya peternakan merupakan usaha sambilan diluar usaha pokok dari peternak tersebut yakni sebagai petani. 
Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan bukanlah suatu hal yang asing lagi bagi masrakat petani peternak. Pemanfaatan limbah pertanian dimasyarakat meliputi pemanfaatan jerami padi, jerami jagung, jerami kacang tanah, pucuk daun singkong dan berbagai hasil limbah pertanian lainnya, namun sayangnya pemanfaatan limbah pertanian tersebut tidak diiringi usaha untuk mengolah bahan dengan penerapan teknologi pengolahan bahan pakan agar hasil atau produktivitas dari seekor ternak dapat ditingkatkan.
Pemanfaatan teknologi pengolahan pakan ditingkat pedesaan boleh dikatakan hanyalah memanfaatkan teknologi sederhana yakni teknologi pengolahan pakan secara fisik dan mekanik. Para petani peternak didaerah pedesaan melakukan penerapan teknologi pngolahan pakan terkait limbah pertanian meliputi pengolahan dengan cara dicacah dan dengan cara dikering anginkan disekitar kandang ternak peliharaannya, hal ini dilakukan karena teknologi demikianlah yang hanya bisa mereka lakukan mengingat tingkat pengetahuan mereka masih sangat minim dan usaha peternakan yang mereka  miliki merupakan usaha sampingan yang hanya memiliki rata-rata dua atau tiga ekor ternak peliharaan.
Usaha peternakan didaerah pedesaan memang masih banyak memerlukan bimbingan khususnya bimbingan tentang pengolahan pakan agar para petani peternak yang bergerak disektor ini tetap terus bertahan dan dapat meningkatkan produktivitas dari ternak yang dimilikinya sehingga tingkat pendapatan yang mereka dapatkan juga meningkat karena seperti yang kita ketahui produktivitas ternak yang dimiliki masih sangat rendah, namun tidak dapat dipungkiri bahwa pasokan kebutuhan pangan yang berasal dari ternak berupa daging sebagian besar masih berasal dari pedesaan. Selain pasokan daging, banyak pula usaha-peternakan yang berskala besar memperoleh bibit atau bakalan dari petani peternak tradisonal dipedesaan. 

Minggu, 04 April 2010

Limbah Restoran

Limbah Restoran Sebagai Pakan Ternak Unggas Dengan Kombinasi Limbah Pasar Sayur Terfermentasi

Pertumbuhan subsektor peternakan masih menjumpai beberapa permasalahan, pada industri unggas penyediaan bibit dan pakan masih tergantung impor, disisi lain kapasitas produksi ayam ras masih mampu ditingkatkan lagi, hanya permintaannya sangat tergantung pada daya beli konsumen, kualitas gizi dan keamanan produk, semuanya itu merupakan peluang yang harus dimanfaatkan. Permasalahan mengenai penyedian pakan untuk meghasilkan produk pangan hewani diperlukan strategi pembangunan yang fokus pada sasaran yang tepat, fokus sasaran tersebut salah satunya adalah menyediakan sumber pakan alternatif yang tersedia dilingkungan masyarakat guna memperoleh sumber pakan baru bagi dunia peternakan, khusunya pakan ternak unggas.
Limbah restoran merupakan salah satu sumber bahan pakan yang dapat dijadikan sumber bahan pakan alternatif, namun dalam pemanfaatannya tetap dibutuhkan sentuhan teknologi karena walau bagaimanapun limbah restoran tetap memiliki kelemahan yakni saat ditampung bercampur dengan air dan membuat limbah tersebut menjadi cepat busuk dan dapat menjadi tempat berkembangnya mikroorganisme. Faktor mempengaruhi pembusukan antara lain autolitik, proses bakteriologik, dan rancidity (Afrianto dan Liviawaty, 1989). Usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mengawetkan limbah dengan cara pengasaman menggunakan bahan organik.
Sumber bahan organik untuk pengasaman limbah tersebut salah satunya adalah dengan memanfaatkan limbah pasar seperti kubis dan sawi. Sebagai contoh tentang ketrsediaan Limbah pasar dapat dilihat didaerah semarang. Potensi limbah pasar menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Semarang (2005), produksi kubis di Kabupaten Semarang mencapai 969,06 ton, sedangkan sawi mencapai 789,11 ton. Di pasar presentase sampah organik mencapai 5-10% dari berat sayur dan bila tidak dimanfaatkan dengan baik akan menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga dibutuhkan suatu pengolahan terhadap limbah tersebut. Usaha yang dapat dilakukan untuk mengolah limbah tersebut adalah dengan membuatnya menjadi ekstrak limbah pasar yang mampu menghasilkan bakteri asam laktat yang berguna bagi ternak. Pembuatan ekstrak limbah pasar yaitu mencampurkan limbah pasar dengan garam 2% dan molases 6,7% dari berat segar dan diperam selama 5 hari, hasil dari pemeraman ini menurut Mayasari (2007) menghasilkan kandungan asam organik tinggi, terutama asam laktat sebanyak 2,04%.
Penanganan limbah pangan dengan pengolahan yang tepat akan membantu mengurangi laju pertumbuhan bakteri pembusuk sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak yang non konvensional dan mendekati kualitas pakan konvensional. Penanganan limbah pangan salah satunya dengan metode penambahan asam organik dan bakteri asam laktat. Penambahan kedua bahan tersebut bertujuan untuk menghambat laju pertumbuhan bakteri pembusuk dan bakteri patogen yang ada di dalam limbah sehingga membuat limbah pangan menjadi lebih awet. Sumber asam organik dan bakteri asam laktat yang murah dan mudah pembuatannya adalah dengan menggunakan limbah pasar sayur fermentasi. Kandungan total bakteri asam laktat dalam limbah pasar sayur fermentasi sebanyak 2,1x1010 cfu/ml (Dewi, 2007).
Bakteri asam laktat aman, tidak berbahaya dan menyehatkan serta membantu dalam meningkatkan efisiensi pencernaan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai probiotik. Pemanfaatan bakteri asam laktat sebagai probiotik sudah lama digunakan dan bermanfaat untuk mencegah beberapa penyakit dan meningkatkan kesehatan ternak (Tellez et al., 2006).
Sentuhan teknologi pengolahan pakan berupa limbah restoran sebagai pakan unggas tidak sebatas pada proses pengawetan dan proses fermentasi sehingga menumbuhkan bakteri asam laktatnnya saja, namun bentuk pakan yang akan diberikan harus disesuaikan dengan jenis ternak yang akan mengkonsumsinya, dalam hal ini pakan akan dijadikan dalam bentuk pellet dan pellet yang akan dibuat memiliki kandungan nutrisi yang disesuaikan dengan kebutuhan unggas dengan komposisi bahan pakan yang berbeda-beda serta disesuikan dengan proiode pertumbuhan unggas. Pellet ádalah bentuk massa dari bahan pakan atau ransum yang dibentuk dengan cara menekan dan memadatkan melalui lubang cetakan secara mekanis( Murtidjo, 2000).
Pemanfaatan limbah pangan dan limbah pasar sayur fermentasi membutuhkan teknolgi untuk mengolahnya menjadi bahan pakan. Salah satu cara untuk menggabungkan keduanya adalah dengan membuatnya dalam bentuk pellet. Pembuatan pakan dalam bentuk pellet menjadi pilihan untuk menyeragamkan bentuk dari bahan pakan yang dihasilkan. Pakan tambahan ternak yang berfungsi untuk mengatur keseimbangan mikroorganisme di dalam saluran pencernaan adalah probiotik, sehingga dengan adanya bakteri asam laktat yang dihasilkan oleh limbah pasar sayur fermentasi, maka pellet yang dihasilkan diharapkan menjadi pellet berprobiotik.