Minggu, 04 April 2010

Limbah Restoran

Limbah Restoran Sebagai Pakan Ternak Unggas Dengan Kombinasi Limbah Pasar Sayur Terfermentasi

Pertumbuhan subsektor peternakan masih menjumpai beberapa permasalahan, pada industri unggas penyediaan bibit dan pakan masih tergantung impor, disisi lain kapasitas produksi ayam ras masih mampu ditingkatkan lagi, hanya permintaannya sangat tergantung pada daya beli konsumen, kualitas gizi dan keamanan produk, semuanya itu merupakan peluang yang harus dimanfaatkan. Permasalahan mengenai penyedian pakan untuk meghasilkan produk pangan hewani diperlukan strategi pembangunan yang fokus pada sasaran yang tepat, fokus sasaran tersebut salah satunya adalah menyediakan sumber pakan alternatif yang tersedia dilingkungan masyarakat guna memperoleh sumber pakan baru bagi dunia peternakan, khusunya pakan ternak unggas.
Limbah restoran merupakan salah satu sumber bahan pakan yang dapat dijadikan sumber bahan pakan alternatif, namun dalam pemanfaatannya tetap dibutuhkan sentuhan teknologi karena walau bagaimanapun limbah restoran tetap memiliki kelemahan yakni saat ditampung bercampur dengan air dan membuat limbah tersebut menjadi cepat busuk dan dapat menjadi tempat berkembangnya mikroorganisme. Faktor mempengaruhi pembusukan antara lain autolitik, proses bakteriologik, dan rancidity (Afrianto dan Liviawaty, 1989). Usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mengawetkan limbah dengan cara pengasaman menggunakan bahan organik.
Sumber bahan organik untuk pengasaman limbah tersebut salah satunya adalah dengan memanfaatkan limbah pasar seperti kubis dan sawi. Sebagai contoh tentang ketrsediaan Limbah pasar dapat dilihat didaerah semarang. Potensi limbah pasar menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Semarang (2005), produksi kubis di Kabupaten Semarang mencapai 969,06 ton, sedangkan sawi mencapai 789,11 ton. Di pasar presentase sampah organik mencapai 5-10% dari berat sayur dan bila tidak dimanfaatkan dengan baik akan menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga dibutuhkan suatu pengolahan terhadap limbah tersebut. Usaha yang dapat dilakukan untuk mengolah limbah tersebut adalah dengan membuatnya menjadi ekstrak limbah pasar yang mampu menghasilkan bakteri asam laktat yang berguna bagi ternak. Pembuatan ekstrak limbah pasar yaitu mencampurkan limbah pasar dengan garam 2% dan molases 6,7% dari berat segar dan diperam selama 5 hari, hasil dari pemeraman ini menurut Mayasari (2007) menghasilkan kandungan asam organik tinggi, terutama asam laktat sebanyak 2,04%.
Penanganan limbah pangan dengan pengolahan yang tepat akan membantu mengurangi laju pertumbuhan bakteri pembusuk sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak yang non konvensional dan mendekati kualitas pakan konvensional. Penanganan limbah pangan salah satunya dengan metode penambahan asam organik dan bakteri asam laktat. Penambahan kedua bahan tersebut bertujuan untuk menghambat laju pertumbuhan bakteri pembusuk dan bakteri patogen yang ada di dalam limbah sehingga membuat limbah pangan menjadi lebih awet. Sumber asam organik dan bakteri asam laktat yang murah dan mudah pembuatannya adalah dengan menggunakan limbah pasar sayur fermentasi. Kandungan total bakteri asam laktat dalam limbah pasar sayur fermentasi sebanyak 2,1x1010 cfu/ml (Dewi, 2007).
Bakteri asam laktat aman, tidak berbahaya dan menyehatkan serta membantu dalam meningkatkan efisiensi pencernaan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai probiotik. Pemanfaatan bakteri asam laktat sebagai probiotik sudah lama digunakan dan bermanfaat untuk mencegah beberapa penyakit dan meningkatkan kesehatan ternak (Tellez et al., 2006).
Sentuhan teknologi pengolahan pakan berupa limbah restoran sebagai pakan unggas tidak sebatas pada proses pengawetan dan proses fermentasi sehingga menumbuhkan bakteri asam laktatnnya saja, namun bentuk pakan yang akan diberikan harus disesuaikan dengan jenis ternak yang akan mengkonsumsinya, dalam hal ini pakan akan dijadikan dalam bentuk pellet dan pellet yang akan dibuat memiliki kandungan nutrisi yang disesuaikan dengan kebutuhan unggas dengan komposisi bahan pakan yang berbeda-beda serta disesuikan dengan proiode pertumbuhan unggas. Pellet ádalah bentuk massa dari bahan pakan atau ransum yang dibentuk dengan cara menekan dan memadatkan melalui lubang cetakan secara mekanis( Murtidjo, 2000).
Pemanfaatan limbah pangan dan limbah pasar sayur fermentasi membutuhkan teknolgi untuk mengolahnya menjadi bahan pakan. Salah satu cara untuk menggabungkan keduanya adalah dengan membuatnya dalam bentuk pellet. Pembuatan pakan dalam bentuk pellet menjadi pilihan untuk menyeragamkan bentuk dari bahan pakan yang dihasilkan. Pakan tambahan ternak yang berfungsi untuk mengatur keseimbangan mikroorganisme di dalam saluran pencernaan adalah probiotik, sehingga dengan adanya bakteri asam laktat yang dihasilkan oleh limbah pasar sayur fermentasi, maka pellet yang dihasilkan diharapkan menjadi pellet berprobiotik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar